Pengertian, Proses dan Morfologi Bentang Alam Vulkanik


      1. Pengertian Bentang Alam Vulkanik
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi. Pembentukan bentang alam gunung api sepenuhnya dikendalikan oleh proses-proses geologi (gaya endogenik) sejak saat pembentukannya sampai gunung api tersebut terbentuk. Dengan demikian, bentuk dan jenis bentang alamgunung api akan dicirikan oleh material yang membentuk gunung api tersebut, dimana sebaliknya tergantung pada tingkah lakuerupsi gunung apinya.

      2. Proses Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema.Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava.Magma dapat bergerak naik karena memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energi untuk mendorong batuan di atasnya.
Di dalam litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi. Pada umumnya, semakin dalam dapur magma dari permukaan bumi, maka semakin kuat letusan yang ditimbulkannya. Lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma ditentukan oleh besar atau kecilnya volume dapur magma. Dapur magma inilah yang merupakan sumber utama aktivitas vulkanik.

a.      Intrusi magma

Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut :
·         Batolit merupakan batuan beku yang terbentunya di dalam dapur magma. Batolit ini terbentuk sebagai akibat dari penurunan suhu yang terjadi sangat lambat. Atau dengan kata lain, batolit ini merupakan sebuah intrusi magma yang berada di dekat dengan dapur magma .
·         Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
·         Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
·         Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
·         Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.
·         Apolisa merupakan sebutan bagi semacam cabang dari intrusi korok atau yang dikenal juga dengan intrusi gang, namun ukurannya lebih kecil atau percabangan dari magma yang ukurannya kecil atau yang sering juga disebut dengan urat- urat magma.

b.      Ekstrusi magma
  Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
·         Ekstrusi Linear terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung  api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

·         Ekstrusi Areal terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.

·         Ekstrusi Sentral terjadi ketika magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.


      3. Proses Pembentukan Gunungapi
(Busur Magmatisme)
Gambar diatas merupakan proses magmatisme dan zona dimana magma dikeluarkan. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng yang berbeda baik secara fisik maupun kimia serta adanya suhu tingi dan tekanan tinggi  yang berasal dari dalam bumi. Dalam hal ini dibagi kedalam 7 busur magmatisme yaitu sebagai berikut:
a.      Mid Oceanic Redge
(Mid oceanic ridge)
Zona MOR adalah zona dimana lempeng samudera dan samudera saling menjauh atau divergen. Ini sangat dikontrol oleh arus konveksi yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma keluar dan membentuk pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basa-ultra basa.
b.      Continental Rift Zone
(MOR dan Continental rift)
Continenal rift zone merupakan zona yang hampir sama dengan zona MOR (MOR diatas dan continental rift zone dibawah). Bedanya, pada zona continental rift zona terjadi pada lempeng continental yang tetap dikontrol oleh arus konveksi pada mantel bumi sehingga lempeng continental saling menjauh atau divergen dan membentuk sebuah pecahan celah yang panjang hingga ribuan kilometer dan lebarnya ratusan kilometer atau mirip dengan graben. Magma yang dihasilkan pada zona ini adalah magma basa intermediet karena berasal dari astenosfer yang bersifat ultra basa bertemu dengan lempeng benua yang bersifat asam sehingga menghasilkan magma basa intermediet.
c.       Island Arc
(Island arc)
Island arc merupakan busur kepulauan yang terbentuk akibat terjadinya pergerakan lempeng samudera dari MOR yang secara terus menerus sehingga membentuk suatu busur kepulauan. Dilihat dari gambar 1 diatas island arc terletak pada zona subduction karena island arc yang sudah terbentuk dibawa oleh pergerakan lempeng samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basa.
d.      Volcanic Arc
(Volcanic arc)
Volcanic arc merupakan busur gunung api yang terbentuk pada zona subduction dimana terjadi penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet.
e.       Back Arc Basin
(Back arc basin)
Back arc basin merupakan suatu cekungan dibelakang zona subduction. Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi pada lempeng samudera. Ketika lempeng samudera bergerak saling menjauh (rifting) sementara diatas lempeng samudera ada lempeng benua sehingga terbentuk cekungan dibelakang zona subduction. Ini biasanya terbentuk bersamaan dengan island arc. Magma yang dihasilkan bersifat basa.
f.        Oceanic Intraplate
(Oceanic Intraplate)
Oceanic intraplate terjadi pada zona hotspot yang berasal dari mantel. Ini terjadi karena pergerakan lempeng sehingga kerak samudera menipis yang memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera sehingga membentuk gunungapi atau pulau-pulau gunungapi di tengah samudera. Karena lempeng samudera terus bergerak, maka terbentuk deretan pulau-pulau tengah samudera. Magma yang dihasilkan bersifat ultra basa karena langsung berasal dari astenosfer dalam bumi.
g.      Continental Intraplate
Continental intraplate ini juga terjadi pada zona hotspot tepatnya pada lempeng continental. Dari peregerakan lempeng tersebut menjadikan kerak benua mulai menipis namun  magma tidak bisa keluar karena berada paling jauh dibawah sehingga hanya terbentuk gunung. Dari lempeng continental yang terus bergerak maka terbentuk deretan pegunungan. Magma yang dihasilkan bersifat ultra basa yang berasal dari astenosfer dalam bumi.

      4. Morfologi Gunung Api
Aktivitas gunung api menghasilkan beberapa morfologi (bentuk) yang berbeda-beda di setiap jenis gunung api. Beberapa morfologi hasil aktivitas gunug api diantaranya:
a.       Volcanic Landform (Morfologi gunung api)
Morfologi gunung api adalah bentangalam yang dihasilkan dari aktivitas vulkanisme. Endapan morfologi gunung api diklasifikasikan berdasarkan tipe magma dan jenis material yang dikeluarkan. Morfologi gunung api strato adalah gunung api yang berbentuk kerucut dan dibentuk dari perselingan endapan lava dan endapan piroklastik. Jenis magma yang menyusun gunung api strato didominasi lava intermediet. Morfologi gunung api shield (perisai) adalah bentangalam gunung api yang berbentuk seperti perisai yang dihasilkan dari lava yang bersusun basalt. Karena sifatnya yang encer, magma basalt akan keluar ke segala arah dari pusat erupsi dan akan membentuk morfologi seperti perisai.
b.      Volcanic Footslope Landform (Morfologi kaki gunungapi)
Morfologi kaki gunung api adalah bentangalam gunungapi yang merupakan bagian kaki dari sebuah gunungapi.
c.       Crater Landform (Kawah gunungapi)
Morfologi kawah adalah bentangalam gunung api berupa lubang tempat keluarnya material gunungapi ketika erupsi.
d.      Caldera Landform (Morfologi kaldera gunungapi)
Morfologi kaldera adalah bentangalam yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api tipe eksplosif yang menyebabkan kepundan gunung api runtuh sehingga membentuk kawah yang sangat luas. Contoh kaldera di Indonesia adalah kaldera Bromo.
e.       Volcanic Neck Landform (Morfologi leher gunungapi)
Morfologi gunungapi adalah bentangalam seperti  leher atau tiang yang merupakan sisa dari proses denudasi (erosi) gunung api.
f.        Parasit Cone Landform (Morfologi gunungapi parasit)
Morfologi gunungapi parasit adalah bentangalam yang berbentuk kerucut yang menumpang di tubuh gunungapi induknya.
g.      Lava Plug Landform (Morfologi sumbat lava)
Morfologi sumbat lava adalah bentangalam yang terbentuk pipa atau bantal yang terbentuk dari lava yang membeku pada kepundan gunung api.
h.      Morfologi Maar
Morfologi maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapi hasil erupsi freatomagmatik. Letusannya disebabkan oleh kontak antara air bawah tanah dengan magma.
i.        Volcanic Remnant Landform (Morfologi sisa gunungapi)
Morfologi sisa gunungapi adalah bentukkan yang berasal dari tubuh gunung api yang mengalami proses denudasi (erosi).
Selain yang disebutkan diatas terdapat beberapa bagian lagi diantaranya:

a.       Zona pusat erupsi (atas) Bagian atas fasies sedimen vulkanik dicirikan oleh pemerintah pusat, terletak sekitar 2 km dari kawah pit. Secara umum, kemiringan sudut-42̊ 35̊ dan terdiri dari bahan longgar. Karakteristik letusan zona pusat:
·         Banyak radial tanggul atau ambang
·         Keberadaan plug (steker) dan runtuh brecia
·         Keberadaan zona hidotermal
·         Sifat kasar piroklastiknya
·         Morfologi bentuk kubah dengan lubang letusan

b.      Zona paroksimal (bagian tubuh) Bagian tubuh yang ditandai oleh fasies vulkanik paroksimal, dalam 5-15 km dari pusat lubang kawah. Dengan kemiringan topografi adalah antara 10̊-20̊. Paroksimal zona karakteristik:
·         Material pyroclastic agak berorientasi.
·         Ada zona cuaca pada bahan piroklastik lava dan ditandai dengan tanah tipis.
·          Umum parasit kerucut (parasit kubah)
·         Banyak ditemukan Ignimbrit dan tuf dilas e. Kusen dan tanggul masih ada.

c.       Zona distal (kemiringan kaki) Kaki lereng gunung berapi ditandai dengan landai zona distal dengan kemiringan kurang dari 5̊. Karakteristik:
·         Epiklastik piroklastik material dan membentuk lapisan sedimen dalam bentuk tanah liat untuk kerikil yang telah umumnya halus.
·         Adanya pergantian lapisan manik-manik jelek dengan lapisan granular lebih baik.
·         Keberadaan aliran lava menuruni lembah.


REFERENSI
Huggett, Richard. Fundamentals of geomorphology. Routledge, 2011.
Djauhari Noor. 2010. Geomorfologi.
2

0 Response to "Pengertian, Proses dan Morfologi Bentang Alam Vulkanik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel