Sejarah Pemberontakan PKI di Indonesia
PEMBERONTAKAN PKI DI INDONESIA
Sumber: daerah.sindonews.com
1, Penyebab terjadinya
Pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun
Pemberontakan PKI terjadi
akibat Persetujuan perjanjian Renville, sehingga kabinet Amir Syarifuddin jatuh
karena dianggap terlalu menguntungkan Belanda. Perjanjian Renville dianggap
tidak menjamin secara tegas kedudukan dan kelangsungan hidup Republik
Indonesia. Hasil perjanjian Renville membuat posisi indonesia bertambah sulit.
Isi perjanjian itu adalah sebagai berikut:
1. Wilayah
Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis Van Mook), yaitu garis
khayal yang dibuat Van Mook sebagai batas wilayah kekuasaan Indonesia dan
wilayah kekuasaan Belanda.
2. Belanda tetap
berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai diserahkan kepada Republik
Indonesia Serikat yang akan segera dibentuk
3. RIS mempunyai
kedudukan yang sejajar dengan Kerajaan Belanda dalam Uni-Indonesia-Belanda.
4.
Republik
Indonesia merupakan Bagian dari Republik Indonesia Serikat.
5. Sebelum RIS terbentuk,
Kerajaan Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintahan
federal sementara.
Dengan disetujuinya
perjanjian Renville maka wilayah Republik Indonesia semakin berkurang dan
semakin sempit, ditambah lagi dengan blokade ekonomi yang dilakukan oleh
Belanda. Oleh karena itu pada tanggal 23 Januari 1948 Amir Syarifuddin
menyerahkan mandatnya kepada presiden Republik Indonesia. Presiden kemudian
menunujuk Moh. Hatta suntuk menyusun kabinet. Hatta menyusun kabinet tanpa
campur tangan golongan sayap kiri atau sosialis.
Setelah menyerahkan mandatnya
kepada Pemerintah Repunlik Indonesia, Amir Syarifuddin menjadi oposisi dari
pemerintahankabinet Hatta. Ia menyusun kekuatan dalam Font Demokrasi Rakyat
(FDR), yang mempersatukan semua golongan sosialis kiri dan komunis. Mereka
mengadakan pengancaman ekonomi dengan cara menghasut kaum buruh untuk
melancarkan pemogokan di pabrik karung Delangu pada tanggal 5 juli 1948. Pada
saat FDR melakukan ofensif, tampillah Musso seorang tokoh PKI yang dikirim oleh
pimpinan gerakan komunis internasional ke Indonesia dengan tujuan untuk merebut
pimpinan atas negara Republik Indonesia dari tangan kaun nasionalis. Ia
mengembangkan politik yang diberi nama “jalan baru”. Sesuai dengan doktrin itu,
ia melakukan fusi antara partai sosialis, partai buruh dan lain-lain menjadi
PKI. Ia bersama Amir Syarifuddin mengambil alih pimpinan PKI itu. PKI melakukan
provokasi terhadap kabinet Hatta dan menuduh pimpinan nasional pada waktu itu
seolah olah bersikap kompromistis terhadap musuh.
Kabinet Hatta sekalipun
mendapat serangan dari kaum komunis, tetap melaksanakan program reorganisasi
dan rasionalisasi. Sebagai langkah pertama untuk melaksanakan Rasionalisasi
dalam Angkatan Perang, dikeluarkan Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1948 pada
tanggal 2 Januari 1948 yang isinya antara lain:
1.
Pembubaran
Pucuk Pimpinan TNI dan Staf Gabungan Angkatan Perang
2.
Pengangkatan
untuk sementara Kepala Staf umum Angkatan Perang beserta Wakilnya
3.
Mengangkat
Jendral Sudirman menjadi Panglima Angkatan Perang Mobil
4.
Pengangkatan
Angkatan Staf Markas Besar Pertempuran
Program rasionalisasi ini mendapat
tantangan hebat dari kaum komunis, karena menimpa sebagian besar pasukan
bersenjatanya. Tetapi politik ofensif musso itu tidak menggoyahkan kabinet
Hatta yang didukung oleh dua partai politik besar pada saat itu seperti PNI dan
masyumi.
2. Proses pemberontakan PKI di
Madiun tahun 1948
Usaha pertama yang dilakukan FDR/PKI adalah melakukan propaganda kepada
massa akan pentingnya Front Nasional, lewat Front Nasional dilakukan
penggalangan kekuatan revolusioner dari massa buruh, tani, dan kaum miskin
lainnya dengan memanfaatkan keresahan sosial yang ada. Setelah langkah
tersebut, FDR/PKI akan berkoalisi dengan tentara. Konsep tentara dimata
FDR(PKI) harus memiliki konsep seperti tentara merah di Uni Sovyet, tentara
harus memiliki pengetahuan tentang politik dan dibimbing oleh opsir-opsir
politik, dan tentara harus berwatak anti penjajah. Tentara-tentara yang
bergabung kemudian, kebanyakan adalah tentara sakit hati yang terkena program
Rasionalisasi dan Reorganisasi kabinet Hatta dan kebetulan menemukan persamaan
visi dengan FDR (PKI).
Pemberontakan PKI di Madiun tersebut dimulai pada jam 3.00 setelah
terdengar tembakan pestol tiga kali sebagai tanda dimulainya gerakan non
parlementer oleh kesatuan komunis yang disusul dengan gerakan perlucutan
senjata, kemudian kesatuan PKI menduduki tempat-tempat penting di kota Madiun,
seperti Kantor Pos, Gedung Bank, Kantor Telepon, dan Kantor Polisi. Lalu
berlanjut dengan penguasaan kantor radio RRI dan Gelora Pemuda sebagai alat
bagi mereka untuk mengumumkan ke seluruh negeri tentang penguasaan kota Madiun
yang akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan akan
mendirikan Sovyet Republik Indonesia serta pembentukan Pemerintahan Front
Nasional. Proklamasi ini sendiri diucapkan oleh Supardi, tokoh FDR dari Pesindo
dengan diiringi pengibaran bendera merah. Dengan ini Madiun dan sekitarnya resmi
dinyatakan sebagai daerah yang terbebaskan.
Puncak gerakan yang dilakukan PKI pada tanggal 18 september 1948
yaitu dengan pernyataan tokoh-tokoh PKI tentang berdirinya Sovyet Republik
Indonesia yang bertujuan mengganti dasar negara pancasila dengan Komunis. Yang
menarik adalah ketika Sovyet Republik Indonesia diproklamirkan Amir Syarifuddin
dan Muso yang selanjutnya di usung sebagai presiden dan wakil presiden malah
berada di luar Madiun.kesatuan-kesatuan yang telah dipersiapkan untuk melakukan
pemberontakan tersebut antara lain: kesatuan yang dipimpin oleh Sumartono
(Pesindo).
Pasukan Divisi VI Jawa Timur dibawah pimpinan Kolonel Djokosujono
dan Letkol Dahlan yang waktu Panglima Divisinya ialah Kolonel Sungkono. Juga
dari sebagian Divisi Panembahan Senopati yang dipimpin oleh Letkol Suadi dan
Letkol Sujoto. Dalam gerakan ini kesatuan PKI telah melakukan pembunuhan
terhadap dua orang pegawai pemerintah dan menangkap empat orang militer.
Perebutan kekuasaan ini berjalan lancar, kemudian mereka mengibarkan bendera
merah di depan Balai Kota.[3] Pasukan-pasukan komunis yang dipimpin oleh
Sumarsono, Dahlan dan Djokosujono dengan cepat telah bergerak menguasai seluruh
kota Madiun, karena sebagian besar tentara di kota itu tidak mengadakan
perlawanan. Disamping itu pertahanan kota Madiun sebelumnya praktis sudah
dikuasai oleh Pasukan Brigade 29.121 Perebutan kekuasaan tersebut pada jam
07.00 pagi telah berhasil sepenuhnya menguasai Madiun.
3. Akhir dari Konflik yang Terjadi
di Madiun pada tahun 1948
Pemberontakan PKI yang terjadi di Madiun mendorong Pemerintah
Republik Indonesia untuk melakukan tindak tegas. Presiden Soekarno memusatkan
seluruh kekuasaan negara berada ditangannya. Ketika terdengar berita di Madiun
terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh PKI Musso, maka dengan segera
pemerintah mengadakan Sidang Kabinet Lengkap pada tanggal 19 September 1948
yang diketuai oleh Presiden Soekarno. Hasil sidang tersebut mengambilkeputusan
antara lain ;
·
Bahwa Peristiwa
Madiun yang digerakan oleh FDR/PKI adalah suatu pemberontakan terhadap
Pemerintah dan mengadakan instruksi kepada alat-alat Negara dan Angkatan Perang
untuk memulihkan keamanan Negara.
·
Memberikan
kuasa penuh kepada Jendral Sudirman untuk melaksanakan tugas pemulihan keamanan
dan ketertiban kepada keadaan biasa di Madiun dan daerah-daerah lainnya.
·
Setelah
presiden memberi perintah kepada Angkatan Perang untuk segera mengembalikan
keamanan dengan segera diadakan penangkapan terhadap orang-orang yang
membahayakan negara dan diadakan penggerebegan tempat-tempat yang dianggap
perlu. Supaya dapat melaksanakan tugas dengan baik, Markas Besar Angkatan
Perang segera menetapkan dan mengangkat Kolonel Sungkono Panglima Divisi VI
Jawa Timur sebagai Panglima Pertahanan Jawa Timur yang mendapat tugas menggerakan
pasukan dari arah timur. Karesidenan Madiun untuk menumpas Pemberontakan PKI
Musso dan mengamankan kembali seluruh Jawa Timur dari anasir pemberontak.
Setelah mendapat perintah tersebut Kolonel Sungkono segera memerintahkan
Brigade Surachmad bergerak menuju Madiun. Pasukan tersebut dipimpin oleh Mayor
Jonosewojo yang terdiri atas Batalyon Sabirin Muchtar bergerak menuju
Trenggalek terus ke Ponorogo, Batalyon Gabungan Pimpinan Mayor Sabaruddin
bergerak melalui Sawahan menuju Dungus dan Madiun, Batalyon Sunarjadi bergerak
melalui Tawangmangu, Sarangan, Plaosan bergerak Divisi Siliwangi yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Sadikin.
·
Untuk tugas
operasi ini Divisi Siliwangi mengerahkan kekuatan 8 Batalyon, yaitu : Batalyon
Achmad Wiaranatakusumah, Batalyon Lukas yang menggantikan Batalyon Umar,
Batalyon Daeng, Batalyon Nasuhi, Batalyon Kusno Utomo, Letkol Kusno Utomo
memegang dua batalyon dan menjabat sebagai Kepala Staf Brigade, Batalyon
Sambas, yang kemudian diganti oleh Batalyon Darsono, Batalyon A. Kosasih,
Batalyon Kemal Idris. Di samping itu juga Pasukan Panembahan Senopati yang
dipimpin oleh Letkol Slamet Ryadi, Pasukan Tentara Pelajar yang dipimpin oleh
Mayor Achmadi dan Pasukanpasukan dari Banyumas yang dipimpin oleh Mayor
Surono.Batalyon Kemal Idris dan Batalyon A. Kosasih yang didatangkan dari
Yogyakarta bergerak ke Utara dengan tujuan Pati. Batalyon Daeng bergeruk ke
Utara dengan tujuan Cepu, Blora, Batalyon Nasuhi dan Batalyon Achmad
Wiranatakusumah bergerak ke Selatan dengan tujuan Wonogiri dan Pacitan.
Batalyon Darsono dan Batalyon Lukas bergerak ke Madiun. Sedangkan Pasukan
Panembahan Senopati bergerak ke Utara, Pasukan Tentara Pelajar yang dipimpin
oleh Mayor Achmadi bergerak ke Timur menuju Madiun melalui Sarangan.
Musso yang melarikan diri ke daerah
Ponorogo tertembak mati pada tanggal 31 Oktober 1948 oleh Brigade S yang
dipimpin oleh Kapten Sunandar sewaktu melakukan patroli. Sedangkan Pada tanggal
20 Nopember 1948 pasukan Amir menuju Tambakromo, sebelah Timur Kayen sebelah Selatan
Pati. Mereka terdiri dari kurang lebih 500 orang, ada yang beserta keluarga
mereka. Keadaan mereka sangat menyedihkan. Banyak diantara mereka yang ingin
melarikan diri, tetapi rakyat selalu siap menangkap mereka. Banyak mayat
pemberontak diketemukan karena sakit, atau kelaparan. akhirnya Amir menyerahkan
diri beserta pasukannya pada tanggal 29 Nopember, saat mereka menyeberangi
Sungai Lusi menuju ke desa Klambu, antara Klampok dan Bringin (7 Km dari
Purwodadi). Pasukan TNI mengadakan taktik menggiring ke titik buntu yang
mematikan. Taktik ini ternyata berhasil, karena pasukan pemberontak terjepit di
daerah rawa-rawa. Mereka dikepung oleh kesatuan-kesatuan TNI, akhirnya Amir
menyerahkan diri beserta pasukannya.
Gerakan Operasi Militer yang dialncarkan
oleh pasukan yang taat kepada pemerintah RI berjalan dengan singkat. Dalam 12
hari Madiun dapat dikuasai kembali, teaptnya tanggal 30 September 1948 jam
16.15. setelah Madiun dapat direbut kembali oleh pasukan-pasukan TNI, maka jam
17.30 sore keamanan telah terjamin kembali, dan tiap-tiap rumah telah berkibar
bendera Merah Putih.
0 Response to "Sejarah Pemberontakan PKI di Indonesia"
Post a Comment