Lingkungan Pengendapan Transisi
Setelah
membahas lingkungan pengendaan di darat , kali ini Geos Muda mau sharing ilmu
tentang lingkungan pengendapan transisi. Kalau ada yang kurang para Geos bisa
langsung comment ya..
Berikut bagian
dari Lingkungan Pengendapan Transisi:
a.
Delta
Proses
pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai) pada
“lacustrine” atau “marine coastline”. Delta merupakan sebuah lingkungan yang
sangat komplek dimana beberapa faktor utama mengontrol proses distribusi
sedimen dan morfologi delta, faktor-faktor tersebut adalah regime sungai,
pasang surut (tide), gelombang, iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker,
1981). Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen secara
cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding system. Secara
sederhana ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak
dibandingkan dengan sedimen yang terkena dampak gelombang dan pasang surut.
Dalam beberapa kasus, pengendapan sedimen fluvial ini banyak berubah karena faktor
diatas, sehingga banyak ditemukan variasi karakteristik pengendapan sedimennya,
meliputi distributary channels, river-mouth bars, interdistributary bays, tidal
flat, tidal ridges, beaches, eolian dunes, swamps, marshes dan evavorites flats
(Coleman, 1982). Ketika sebuah sungai memasuki laut dan terjadi penurunan
kecepatan secara drastis, yang diakibatkan bertemunya arus sungai dengan
gelombang, maka endapan-endapan yang dibawanya akan terendapkan secara cepat
dan terbentuklah sebuah delta. Deposit (endapan) pada delta purba telah
diteliti dalam urutan umur stratigrafi, dan sedimen yang ada di delta sangat
penting dalam pencarian minyak, gas, batubara dan uranium.
Sumber Gambar smiagisttmigas.blogspot.com
b.
Pantai, Pulau Barrier, dan Gumuk Pasir
Transfor sedimen
sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan
oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar:1983). Transfor sedimen ini
terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen yang
dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen sepanjang
pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen dalam bentuk mata
gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di surf zone.
Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan
seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan
sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan
terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999)
beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :Melakukan pengukuran
debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga secara berantai akan
dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi, Menggunakan peta/ foto udara
atau pengukuran yang menunjukan perubahan elevasi dasar perairan dalam suatu
periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik jika di daerah
pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen seperti training
jetty, groin, dan sebagainya, Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi
gelombang dan sedimen pada daerah yang di tinjau. Bukit pasir bervariasi dalam
ukuran butir dari 1,6 – 0,1 mm. Endapan bukit pasir umumnya terdiri dari tekstur
pasir yang terpilah baik dan kebundaran baik juga ;kaya akan kwarsa. Endapan
bukit pasir di pantai mungkin kaya akan mineral berat dan fragmen batuan yang
tidak stabil. Bukit pasir di pantai yang terjadi didaerah tropis banyak
mengandung ooid, fragmen cangkang, atau butiran karbonat lainnya. Bukit pasir
yang terdapat di daerah gurun dapat mengandung gypsum seperti White Sand, New
Mexico. Bukit pasir dapat pula terbentuk di muka pantai. Meskipun demikian
hanya terjadi pada pantai pada daerah kering dimana vegetasi (tumbuhan) tidak
ada. Angin kering yang kuat dengan arah tegak lurus pantai secara aktif
memindahkan pasir menjadi gundukan pasir. Hanya sedikit gugusan bukit pasir di
muka pantai yang terjadi pada daerah curah hujan rendah.
c.
Lagoon
Lagoon adalah badan
dari air yang menuju darat dari barrier islands. Lagoons dilindungi dari
gelombang laut yang merusak oleh barrier islands dan mengandung sediment
berbutir lebih halus dibandingkan dengan yang ada di pantai (biasanya lanau dan
lumpur). Lagoons juga hadir di balik reef atau berada di pusat atoll.
d.
Tidal flats
Tidal Flats membatasi
lagoons, secara periodik mengalami pasang surut (biasanya 2 kali sehari),
mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh saluran yang bermeander. Terdiri dari lapisan-lapisan
lempung, lanau, pasir halus. Stromatolit dapat hadir jika kondisinya memungkinkan.
REFERENSI
Boggs, Sam. 2006. Principles of
Sedimentology and Stratigraphy 4th Edition. Pearson Education Inc.
New Jersey
Nichols, Gary. 2009. Sedimentology
and Stratigraphy. Wiley-Blackwell. UK
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar
Geologi. Universitas Pakuan: Bogor
Sapiie, Noer Aziz, Agus, Chalsid.
2012. Geologi Dasar. ITB: Bandung
Arriqo Fauqi. 2014. Lingkungan Pengendapan Batuan
Sedimen. Diakses pada 19 November 2017 melaui http://arriqofauqi.web.ugm.ac.id/2014/07/08/lingkungan-pengendapan-batuan-sedimen/
0 Response to "Lingkungan Pengendapan Transisi"
Post a Comment